Menjadi Pembawa Damai di Tengah Konflik

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." Matius 5:9

banner 120x600

Tanah Papua saat ini masih diliputi konflik, kekerasan, dan penderitaan. Banyak pihak merasa benar sendiri, sehingga perdamaian sulit terwujud. Dalam situasi seperti ini, Matius 5:9 adalah panggilan ilahi:

Bukan hanya untuk menonton setiap masalah yang terjadi itu tetapi untuk aktif menjadi pembawa damai.

Yesus tidak berkata: “Berbahagialah orang yang netral” atau “yang diam”, tetapi yang membawa damai—artinya mereka:

  • Membangun jembatan, bukan tembok,
  • Memaafkan, bukan membalas,
  • Membela kebenaran tanpa membenci.

Dalam konflik yang terjadi disekitar kita di Tanah Papua :

  • Pembawa damai bisa jadi seorang guru, pendeta, ibu rumah tangga, atau anak muda yang berani memilih kasih daripada kebencian.
  • Mereka adalah orang yang membawa pesan pengampunan, sekalipun pernah dilukai.
  • Mereka adalah orang-orang yang berdoa dan bertindak, bukan hanya menonton penderitaan.

Dan Tuhan menyebut mereka: anak-anak Allah.

Aplikasi dalam Hidup saat ini adalah:

  1. Mulailah damai dari diri sendiri – jangan teruskan warisan kebencian atau balas dendam.
  2. Jadilah suara perdamaian – di media sosial, di komunitas, di gereja, dan keluarga.
  3. Berani berdiri di tengah, bukan untuk menyenangkan semua pihak, tapi untuk menghadirkan hati Allah: damai dan keadilan.

Marilah kita berdoa agar kedamaian terjadi dengan cara Tuhan: Tuhan Yesus, Engkau adalah Raja Damai. Tanah Papua merindukan damai yang sejati. Bentuklah hati kami agar tidak dikuasai oleh kemarahan, tapi dipenuhi oleh kasih-Mu. Pakailah kami menjadi pembawa damai—yang berani mengampuni, yang setia mengasihi, dan yang membawa terang-Mu ke tempat yang penuh dengan kekerasan ini. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *