RUMAH PAPUA, BANGUNAN TUHAN KINI DIHANCURKAN OLEH PERUSAHAN
Opini Publik tentang Rumah Papua, Bangunan Tuhan Kini dihanccurkan oleh Perusahaan Negara oleh Ev. Dr. Yefri Edowai, D.Th


1. Dari Tanah Injil ke Tanah Eksploitasi
Papua dahulu dijuluki “tanah Injil”, tempat firman Tuhan pertama kali ditanamkan oleh para misionaris. Ia bukan hanya saksi kebangkitan rohani, tetapi juga penjaga nilai-nilai kehidupan yang adil, damai, dan selaras dengan alam. Namun hari ini, tanah yang dahulu menjadi fondasi spiritual itu justru berubah menjadi wilayah eksploitasi yang disahkan atas nama pembangunan.
2. Raja Ampat: Keindahan yang Digadaikan
Raja Ampat adalah simbol keagungan ciptaan Tuhan—laut jernih, pulau-pulau karang, dan biodiversitas luar biasa. Namun pemerintah mengeluarkan izin tambang nikel di kawasan ini. Alam yang harusnya dijaga sebagai warisan ilahi justru digadaikan untuk kepentingan industri global. Hutan mangrove dibabat, ekosistem laut rusak, dan masyarakat adat kehilangan ruang hidup yang mereka anggap suci.
3. Freeport dan Gunung yang Terluka
Di Timika, PT Freeport telah mengeruk isi bumi selama puluhan tahun. Gunung-gunung dihancurkan, sungai tercemar limbah tailing, dan masyarakat adat Amungme dan Kamoro terpinggirkan. Pemerintah menjual narasi investasi dan pertumbuhan ekonomi, tapi yang dirasakan masyarakat setempat adalah kemiskinan, keterasingan, dan kehilangan hak hidup atas tanah warisan nenek moyang.
4. Kelapa Sawit dan Kayu: Perampokan atas Nama Legalitas
Perusahaan kelapa sawit dan HPH (Hak Pengelolaan Hutan) terus menjamur di Papua. Mereka merampas hutan-hutan adat, menggantinya dengan monokultur yang merusak ekosistem dan menghancurkan kehidupan sosial masyarakat. Di banyak tempat, gereja-gereja lokal berdiri di tengah kebun sawit, dikelilingi kemiskinan, konflik lahan, dan kehilangan harapan.
5. Negara Sebagai Penghancur Bangunan Tuhan
Yang menyedihkan, negara hadir bukan sebagai pelindung, tetapi sebagai pihak yang mengesahkan penghancuran. Lewat regulasi seperti UU Cipta Kerja dan perizinan investasi yang longgar, negara melegalkan perusakan ruang hidup masyarakat adat. Dalam dokumen, tanah disebut “tanah negara,” tapi bagi masyarakat Papua, itu adalah tubuh leluhur, tempat Tuhan berbicara dalam hening hutan.
6. Gereja yang Kalah oleh Kekuasaan
Gereja yang dulu hadir bersama rakyat kini sebagian menjadi penonton, bahkan ada yang menjadi mitra perusahaan atas nama “kerja sama.” Ketika hutan dibabat dan masyarakat menderita, suara profetik gereja nyaris tak terdengar. Bukankah seharusnya gereja menjadi penjaga “bangunan Tuhan” yang sejati—yaitu kehidupan, keadilan, dan cinta kasih?
7. Masyarakat Adat: Saksi dan Korban
Masyarakat adat Papua bukan hanya pewaris tanah, tapi juga penjaga nilai-nilai spiritual yang lahir dari relasi harmonis dengan alam. Ketika mereka melawan, mereka dilabeli anti-pembangunan, bahkan separatis. Padahal, yang mereka perjuangkan adalah kehidupan—bukan sekadar pohon dan tanah, tapi juga iman, tradisi, dan harga diri.
8. Luka Rohani yang Tak Terlihat
Pengrusakan Papua bukan hanya soal lingkungan atau ekonomi. Ini adalah luka rohani yang dalam. Ketika tanah leluhur dirampas, dan hubungan manusia dengan alam diputus, maka iman pun ikut terluka. Gereja boleh tetap berdiri, tapi maknanya kosong bila umatnya hidup dalam keterasingan, kehilangan, dan keterpaksaan menerima narasi pembangunan yang tidak mereka pilih.
9. Ketika Injil Kehilangan Akar
Bagaimana mungkin Injil berbicara tentang kasih, keadilan, dan perdamaian jika tempat di mana ia ditanam pertama kali justru menjadi korban ketidakadilan? Jika gereja tidak berdiri bersama masyarakat Papua yang terpinggirkan, maka firman Tuhan akan kehilangan akarnya di tanah ini. Sebab iman tanpa keberpihakan adalah iman yang hampa.
10. Seruan dari Timur: Bangunan Tuhan Harus Diselamatkan
Hari ini, Papua berteriak: “Bangunan Tuhan sedang roboh!” Bukan hanya secara fisik, tapi secara moral dan spiritual. Dari Raja Ampat hingga Boven Digoel, masyarakat menjerit mempertahankan hutan, sungai, dan gunung yang orang papua merasa itu rumah Tuhan. Seruan orang papua bukan sekadar protes, tapi panggilan kepada kita semua: agar membela kehidupan, memulihkan relasi dengan alam, dan memastikan bahwa “bangunan Tuhan” di timur tidak tinggal sebagai reruntuhan.
Baca Juga
Rekomendasi untuk kamu

kabarkingmipapua.com : Dogiyai – Yance Goo meninggal dunia di Godide Distrik Kamuu Timur Kabupaten Dogiyai…

kabarkingmipapua.com : Timika – Biro Pelayanan Perempuan Gereja Kemah Injil (KINGMI) Kelasis Mimika menyelenggarakan kegiatan…

DOKTRIN TENTANG MANUSIA ASAL USUL MANUSIA Diciptakan oleh Allah. Manusia bukan hasil kebetulan atau evolusi…